Minggu, 01 April 2012

Pemimpin dan Bahasanya

Kadang agak bosan juga dengar Pemimpin Negara, mana pun itu dengan pengecualian, nyerocos pakai Bahasa Inggris. Memang Bahasa Inggris bahasa Internasional. Cuma kalau waktunya gak tepat, itu kayaknya kasihan bahasa Ibu sang Pemimpinnya. Misal contoh, kalau ada kunjungan Kenegaraan Inggris ke Meksiko. Ya otomatis pas Pidato bersama Kepala Negara Mexico atau pas sedang pertemuan bilateral bicaranya si Inggris pakai bahasa Inggris. Tapi kalau misalkan ada kunjungan Kenegaraan Meksiko ke Inggris. Dan saat Pidato bersama Kepala Negara Inggris atau pas pertemuan bilateral bicaranya si Mesiko pakai bahasa Inggris. Itu yang menurut Saya sangat di sayangkan.

Presiden Yudhoyono Tanpa Penterjemah Menerima PM.Inggris, Tony Blair Tahun 2007

Menurut Saya, kunjungan kenegaraan Pemimpin Dunia dari Negara tertentu ke Negara tertentu itu misi yang gak harus di ketahui adalah memperkenalkan budaya Negara si Pemimpin. Benar atau tidaknya ya analisis sendiri. Jadi kalau misal Meksiko bertandang ke Inggris tapi di tiap kesempatan nyerocos pakai bahasa Inggris. Berarti sama sekali Meksiko gak memperkenalkan budaya Mereka. Khususnya bahasa Orang-Orang Meksiko. Yang Saya bangga sama Presiden Hu Jintao. Beliau pede menggunakan Bahasa Cina. Bahasa Ibunya. Selalu kalau berbicara saat pertemuan bilateral atau ada acara Internasional misal KTT APEC. Pasti Beliau bicara pakai bahasa Cina. Sampai ngobrol biasa aja. Pakai bahasa Cina. Sekalipun yang di ajak ngobrol Presiden Obama.

Presiden Hu Jintao dan Isteri Bertemu Raja Norodom di Kamboja Tahun 2012 Menggunakan Penterjemah (Panah Merah)

Hal sekecil itu menurut Saya patut di ikuti oleh Pemimpin Bangsa ini. Bukan berarti Pemimpin Dunia gak boleh berbahasa Inggris. Cuma kalau misal kunjungan ke Luar Negeri yang tujuannya untuk meningkatkan kerjasama. Nah baru pakai bahasa asli si Pemimpin. Kalau pertemuan sekelas APEC, OPEC, ASEAN, Nuklir, bolehlah pakai Bahasa Inggris. Kan kalau si Pemimpin menggunakan bahasa Ibunya di Negara tertentu itukan menjadi suatu kebanggaan bagi Bangsanya sendiri. Tapi jangan juga pakai Bahasa Ibu cuma gak ada yang ngetranslate. Itu juga salah besar. Walau Presiden Hu Jintao selalu gunain Bahasa Cina di setiap kesempatan. Tapi Beliau punya penterjemah bahasanya. Jadi yang di ajak ngomong Presiden Hu tau apa yang Beliau omongin.

Pertemuan Presiden Kim Jong Il dengan Presiden Rusia, Medvedev Menggunakan Penterjemah (Panah Merah)
Kadang ada juga Pemimpin yang tiap Pidato selalu menyelipkan kata-kata dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sekalipun Pidato tersebut di Lembaga Tinggi Negaranya. Misal pertemuan tahunan di Gedung Parlemen. Tapi penyelipan kata menggunakan Bahasa Inggris kadang gak pada tempatnya atau terkesan norak. Contoh, "Everything atau apapun yang Saya lakukan selalu saja salah, always wrong," Dan itu bukan rekayasa tulisan Saya. Tapi itu terjadi. Penyelipan kata-kata itu terjadi. Sungguh sangat di sayangkan memang bila Pemimpin lebih bangga jika berbahasa Inggris di setiap kesempatan. Ada juga Pemimpin yang nyelipin kata berbahasa Inggris saat berpidato sama Orang-Orang gak berpendidikan seperti Petani atau Buruh.

Bahasa Indonesia Sebagai Penutur Asing

Saya harapkan Pemimpin. Pemimpin manapun, Indonesiakah, Malaysiakah, Bruneikah, Thailandkah sampai Irankah atau mana sajalah. Banggalah dengan Bahasa Ibumu. Paling pakai penterjemah berapa sih anggarannya ? Gak mungkinkan setahun 800 Juta ? Itu mah anggaran penterjemah yang gak masuk di akal. Wajar-wajar Sajalah kalau buat anggaran. Gak usah ketahuan kalau mau nelip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar